About

Rabu, 09 Oktober 2019

Rendahnya Minat Membaca Buku di Kalangan Anak Muda

weheartit.com


Buku adalah jendela dunia, karena itu, siapa yang suka membaca buku pasti memiliki pengetahuan yang sangat luas, itulah generasi yang diimpikan untuk menjadi penerus bangsa ini. Tetapi, pernyataan itu tak sebanding dengan realitanya.
Dikutip dari data United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.
Untuk melihat realitanya secara langsung, pengamatan dan wawancara secara langsung di SMK Perintis Depok, Zoe library café, dan Perpustakaan Universitas Indonesia.
Minat membaca buku di SMK Perintis Depok, dari 500 siswa per harinya hanya 10 - 15 siswa yang berkunjung ke perpustakaan.
Hal itu diungkapkan oleh Lili, selaku petugas perpus di SMK Perintis Depok, “Anak-anak datang ke perpus di saat tertentu aja, seperti saat mau Ujian Nasional mereka cari buku SPM untuk belajar materi ujian atau cari bahan referensi buat laporan Praktik Kerja Lapangan. Kalau yang tiap hari rutin ke perpus mah jarang,” ungkapnya.
“Padahal kita sudah menyediakan fasilitas yang nyaman di perpus, seperti AC dan wifi, tetap saja jarang yang berminat untuk datang dan membaca buku di perpus,” keluhnya
Lili juga berpendapat bahwa latar belakang siswa malas untuk datang ke perpustakaan karena di zaman modern ini, siswa lebih memilih mencari materi pelajaran di internet daripada mencari referensi materi di buku. Hal itulah yang menjadi dasar rendahnya minat membaca buku di perpus.
Di lain hal, pengunjung di Perpustakaan UI per harinya kurang lebih mencapai 300 orang baik pengunjung dari mahasiswa UI itu sendiri maupun dari non-UI yang notabennya mahasiswa di luar UI atau pelajar SMA. Rata – rata pengunjung yang datang ke Perpustakaan UI untuk membaca buku, diskusi, mengerjakan tugas, dan ada juga yang mencari literatur untuk Tugas Akhir.
Fakhri selaku staff layanan di Perpustakaan UI mengungkapan, “Sepenglihatan saya, minat membaca mahasiswa cukup tinggi karena Perpustakaan UI ini termasuk perpustakaan universitas di mana pengguna yang datang adalah mahasiswa dan mereka yang datang ke perpustakaan memang bertujuan untuk membaca atau menyelesaikan tugas yang membutuhkan bahan bacaan.”
Fakhri menambahkan bahwa minat membaca itu harus timbul dari diri sendiri, yaitu adanya kemauan dan kebiasaan dalam membaca buku.
Hal itu juga diungkapkan oleh Ganda, selaku orang tua yang berada di Zoe Library Café. Dia mengatakan selain minat membaca harus ditumbuhkan dari diri sendiri, peran orang tua juga penting untuk menciptakan budaya membaca pada anak. Dimulai mengajarkan anak untuk membaca setiap hari sehingga sang anak terbiasa untuk membaca.
“Orang tua itu sebagai guru pertama dalam mengajarkan anak untuk membaca. Kebanyakan orang tua hanya mengajarkan anaknya agar bisa membaca saja. Tetapi mereka tidak menanamkan minat anak dalam membaca,” ungkapnya.
“Padahal buku itu jendela dunia. Kita bisa menjelajahi dunia ini hanya dengan membaca buku. Contohnya, kita membaca buku Max Havelaar, karena membaca buku itu kita jadi tahu bahwa di zaman kolonial, Indonesia diperlakukan secara tidak adil oleh Belanda. Begitu banyak manfaat yang kita dapat dengan cara membaca,” tambahnya.
Selain orang tua, tentunya peran pemerintah, para pendidik, LSM, pustakawan, dan masyarakat juga penting dalam meningkatkan minat membaca di kalangan anak muda yang akan menjadi penerus bangsa. Semuanya harus bersinergi dalam meningkatkan minat membaca di Indonesia khususnya di kalangan anak muda.


2 komentar:

  1. Iya ih, kenapa anak muda gak suka baca padahal bagus buat masa depan. Semangat anak anak muda kayak kita!!

    BalasHapus
  2. Semoga anak muda lebih rajin baca buku karena banyak bangetttt pembelajaran dari membaca buku!

    BalasHapus