weheartit.com |
Buku adalah jendela
dunia, karena itu, siapa yang suka membaca buku pasti memiliki
pengetahuan yang sangat luas, itulah generasi yang diimpikan untuk menjadi
penerus bangsa ini. Tetapi, pernyataan itu tak sebanding dengan realitanya.
Dikutip dari data United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat
baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya
satu orang yang senang membaca.
Untuk melihat realitanya secara langsung, pengamatan dan wawancara
secara langsung di SMK Perintis Depok, Zoe library café, dan Perpustakaan
Universitas Indonesia.
Minat membaca buku di SMK Perintis Depok, dari 500 siswa per harinya hanya
10 - 15 siswa yang berkunjung ke perpustakaan.
Hal itu diungkapkan oleh Lili, selaku petugas perpus di SMK Perintis
Depok, “Anak-anak datang ke perpus di saat tertentu aja, seperti saat mau Ujian
Nasional mereka cari buku SPM untuk belajar materi ujian atau cari bahan
referensi buat laporan Praktik Kerja Lapangan. Kalau yang tiap hari rutin ke
perpus mah jarang,” ungkapnya.
“Padahal kita sudah menyediakan fasilitas yang nyaman di perpus, seperti
AC dan wifi, tetap saja jarang yang berminat untuk datang dan membaca buku di
perpus,” keluhnya
Lili juga berpendapat bahwa latar belakang siswa malas untuk datang ke
perpustakaan karena di zaman modern ini, siswa lebih memilih mencari materi
pelajaran di internet daripada mencari referensi materi di buku. Hal itulah
yang menjadi dasar rendahnya minat membaca buku di perpus.
Di lain hal, pengunjung di Perpustakaan UI per harinya kurang lebih
mencapai 300 orang baik pengunjung dari mahasiswa UI itu sendiri maupun dari
non-UI yang notabennya mahasiswa di luar UI atau pelajar SMA. Rata – rata
pengunjung yang datang ke Perpustakaan UI untuk membaca buku, diskusi,
mengerjakan tugas, dan ada juga yang mencari literatur untuk Tugas Akhir.
Fakhri selaku staff layanan di Perpustakaan UI mengungkapan, “Sepenglihatan
saya, minat membaca mahasiswa cukup tinggi karena Perpustakaan UI ini termasuk
perpustakaan universitas di mana pengguna yang datang adalah mahasiswa dan
mereka yang datang ke perpustakaan memang bertujuan untuk membaca atau
menyelesaikan tugas yang membutuhkan bahan bacaan.”
Fakhri menambahkan bahwa minat membaca itu harus timbul dari diri
sendiri, yaitu adanya kemauan dan kebiasaan dalam membaca buku.
Hal itu juga diungkapkan oleh Ganda, selaku orang tua yang berada di Zoe
Library Café. Dia mengatakan selain minat membaca harus ditumbuhkan dari
diri sendiri, peran orang tua juga penting untuk menciptakan budaya membaca
pada anak. Dimulai mengajarkan anak untuk membaca setiap hari sehingga sang
anak terbiasa untuk membaca.
“Orang tua itu sebagai guru pertama dalam mengajarkan anak untuk
membaca. Kebanyakan orang tua hanya mengajarkan anaknya agar bisa membaca saja.
Tetapi mereka tidak menanamkan minat anak dalam membaca,” ungkapnya.
“Padahal buku itu jendela dunia. Kita bisa menjelajahi dunia ini hanya
dengan membaca buku. Contohnya, kita membaca buku Max Havelaar, karena membaca
buku itu kita jadi tahu bahwa di zaman kolonial, Indonesia diperlakukan secara
tidak adil oleh Belanda. Begitu banyak manfaat yang kita dapat dengan cara
membaca,” tambahnya.
Selain orang tua, tentunya peran pemerintah, para pendidik, LSM,
pustakawan, dan masyarakat juga penting dalam meningkatkan minat membaca di
kalangan anak muda yang akan menjadi penerus bangsa. Semuanya harus bersinergi
dalam meningkatkan minat membaca di Indonesia khususnya di kalangan anak muda.
Iya ih, kenapa anak muda gak suka baca padahal bagus buat masa depan. Semangat anak anak muda kayak kita!!
BalasHapusSemoga anak muda lebih rajin baca buku karena banyak bangetttt pembelajaran dari membaca buku!
BalasHapus