Di suatu pagi yang indah, terdapat
sebuah kampus hijau bernama Politeknik Negeri Jakarta. Di sana, terdengar
kicauan burung menyanyikan lagu Everything
I Do milik Bryan Adams. Tak berapa lama kemudian terdengar suara yang
berasal dari ruang kelas. Perlahan diketahui sumber suara berasal dari percakapan
antara bangku dan lantai. Beberapa perabot lainnya hanya ikut mendengarkan
percakapan mereka.
“Tak terasa sudah pukul tujuh saja
ya kawan, apakah kalian sudah bersiap diri untuk menghadapi tingkah – tingkah insan
bumi?” tanya bangku kepada semua teman-temannya.
“Sudah bang, semangat yak. Semoga
hari ini, bokong yang akan menduduki dirimu lebih ringan dari sebelumnya
hahaha,” ucap lantai dengan nada sedikit meledek.
“Inginku juga seperti itu ai, tapi
apadaya, aku tidak bisa memilih tuan yang akan menduduki diriku. Kau juga
semangat ya. Semoga hari ini, insan bumi sudah membersihkan alas kakinya. Jadi kalaupun
dirimu diinjak – injak, kau masih cukup bersih untuk dipijak kembali esok
hari,” balas bangku dengan penuh semangat.
Lantai tak menjawab dan tak juga
berekpsresi, kekhawatiran tiba – tiba bergejolak dalam dirinya. Setelah ucapan
yang dilontarkan oleh bangku, dia teringat dengan kejadian beberapa hari yang
lalu. Seorang dara, menginjak-injak dirinya dengan alas kaki penuh pasir dan
berbau tidak sedap. Sepertinya, dara itu telah menginjak kotoran kucing. Ish,
menggelikan. Kasihan lantai, coba saja dia berteriak, dia pasti sudah
menghina-hina dara tsb.
Sama seperti lantai, bangku juga
memikirkan bagaimana nasibnya hari ini. Ia berharap, hari ini dan seterusnya
dia akan tetap menjadi sebuah bangku yang utuh. Dia rela dirinya ditindih
dengan bokong insan bumi selama bertahun – tahun. Asalkan dia tetap utuh. Ya,
utuh sebagaimana bangku biasanya, ada kursi dengan meja kecil di bagian depan.
Dia teringat kejadian dua hari
sebelumnya, temannya, kita sebut saja bangku nomor 10 sudah harus angkat kaki
dari ruang kelas. Padahal umurnya masih cukup muda untuk berangkat ke gudang.
Ia baru berumur 2 tahun. Ia dipindahkan karena sudah tak layak menjadi bangku.
Keadaanya memprihatinkan, dia terpisah dari meja mungilnya. Hal itu terjadi
karena kecerobohan insan bumi yang duduk di meja mungil tsb sehingga
menyebabkan patahan di antara gabungan meja dan kursi. Menyedihkan bukan?
Keheningan sempat terjadi beberapa
saat, yang masih terdengar hanyalah suara kicauan burung, yang kini menyanyikan
lagu A Whole New World milik Disney.
Hingga akhirnya, terdengar suara ting tong ting tong begitu kerasnya. Suara itu
muncul dari jam dinding yang ada di ruangan kelas. Pertanda bahwa saat ini
sudah pukul 8 tepat, tak lama lagi insan bumi akan memijakkan diri ke ruang
kelas.
Semua perabot sudah bersiap diri,
sembari berdoa semoga dirinya bisa melalui hari ini dengan selamat tanpa
kekurangan satu bagianpun.
Satu per satu insan bumi masuk ke
ruang kelas, dengan brutalnya insan ini menarik dan mendorong – dorong bangku
secara kasar. Tak hanya bangku yang merasa sakit, lantaipun juga ikut
kesakitan. Bagaimana tidak? Insan ini menarik bangku secara kasar, mereka hanya
menarik tidak mengangkat sehingga menimbulkan baretan luka di lantai. Untung
saja lantainya tidak berdarah kalau berdarah bisa pingsan mereka.
Tak hanya itu, insan bumi juga
menodai papan tulis yang putih dan suci. Ah tidak, apakah mereka tidak sadar?
Mereka menodai papan dengan spidol permanent, astaga bodoh kali insan ini.
Apakah mereka tidak bisa membaca?
Tak henti – hentinya sang spidol
meminta maaf kepada papan tulis ketika cairan hitam dari tubuhnya membasahi
badan papan tulis yang putih mulus itu. Ia juga tak tahu harus berbuat apa,
jikalau dia bisa teriak, ia akan berteriak, “AKU INI SPIDOL PERMANENT BODOH!”
Tapi apa daya, si spidol hanya bisa mencaci di dalam hati.
Di lain hal, meja besar juga
merasakan kesulitan. Ia harus menampung beban yang berat. Biasanya meja hanya
ditindih oleh laptop, proyektok, ataupun gelas. Tetapi, berbeda dengan hari
ini, kali ini meja besar dibebani oleh pungung insan. Ya, mereka memanfaatkan
waktu luang untuk tidur-tiduran di atas meja sambil cekak – cekik dengan teman
sebayanya. Ingin rasanya meja menangis, tetapi tidak bisa karena ia tidak
mempunyai mata. Ingin juga rasanya meja mencaci, tetapi tak bisa karena ia juga
tidak mempunyai mulut. Pada akhirnya dia hanya mengutuk di dalam hati, “Hey
insan, bisakah kamu memperlakukan diriku sebagaimana fungsi dan tujuan awal
yang diciptakan Tuhanku? Jadi, tolong hargailah diriku.”
Kini, lantai ikut merintih
kesakitan. Bagaimana tidak? Insan bumi berkali-kali menginjak-injak lantai
secara keras. Hal itu terjadi karena sang insan merasa kesal setelah kalah
bermain game Mobile Legend. Game yang sedang digandrungi ini sering
menjadi pemicu kekesalan insan bumi. Padahal kesalnya dengan siapa, yang kena
imbasnya siapa.
Ada lagi, selembar kertas mengerang
kasakitan karena terpisah dari induknya. Tidak
hanya terpisah, tetapi sang kertas juga diremas oleh insan bumi. Apa
salah kertas ini, hey insan bumi? Setelah kau tusuk ia dengan pena, kini kau
membuangnya begitu saja. Dia itu tipis dan rapuh, tega kali kau dengannya. Ini
baru contoh kecilnya saja. Biasanya insan bumi juga mencabik-mencabik dan menggunting-gunting
kertas seenaknya saja.
Kurang lebih, seperti itulah rasa
yang terjadi di dalam ruang kelas. Diharapkan kepada insan bumi yang membaca
ataupun mendengar cerita ini bisa lebih sadar kembali tentang keberadaan
mereka. Bukan hanya sadar melainkan bisa merawat dan mengasihi barang – barang
tsb.
Andai saja ada Hak Asasi Barang,
pasti barang-barang ini akan sangat senang dan bisa menuntut hak-haknya jika
tidak diperlakukan dengan baik. Tidak muluk-muluk, haknya hanya berisi bahwa
setiap barang harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Sehingga tak ada
lagi barang yang disiksa, dirusak, apalagi dibuang.
Apa perlu barang-barang ini berdemo
terlebih dahulu supaya memiliki kekuatan hukum yang jelas? Sehingga jikalau
sewaktu-waktu ada barang yang diperlakukan tidak adil oleh insan bumi, mereka
bisa menuntutnya. Bagaimana menurutmu, apakah kau setuju dengan ide itu?
Mereka hanya benda mati yang tak berakal. Jadi lebih baik mengubah yang ber(akal) untuk menggunakan akal nya dengan bijak!
BalasHapusTjakep
HapusSeandainya manusia merasakan kaya mereka. Pasti ga ada yg memperlakukan apapun dengan seenaknya :(
BalasHapusSeneng banget aku bacanya bener2 gak kelewat sedikitpun.. ceritanya lucu dan ditulis dari sudut pandang yang menarik, ditunggu cerita selanjutnya!!
BalasHapus